Asal Usul Desa Manyar Gresik
Manyar adalah nama desa tempat kelahiran saya yang berada di Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik, berada kurang lebih 7 Km sebelah barat Kota Gresik dan terletak pada 7°7'16"S 112°36'10"E, saat ini Manyar merupakan wilayah industri yang cukup pesat di Gresik. Manyar atau Manyar Kompleks demikian masyarakat menyebutnya, terdiri dari tiga desa, yaitu Desa Manyarejo, Sidomukti dan Sidorukun.
Desa Manyar luasnya kurang lebih 5 Km2 sebelah utara berbatasan dengan desa Mengare, sebelah barat berbatasan dengan desa Karangrejo dan Banyuwangi, sebelah selatan berbatasan dengan desa Leran dan Peganden sedangkan sebelah timur berbatasan dengan desa Sukomulyo, Roomo dan Selat Madura.
Sebelum Kita bicarakan asal usul desa manyar ada baiknya kita ketahui bahwa sejak zaman Kerajaan Kediri (Daha) sampai akhir Kerajaan Majapahit, desa Leran merupakan pelabuhan pantai utara laut Jawa sekaligus pusat perdagangan. Pada saat itu Desa Manyar belum ada masih berupa laut, tempat bersandar kapal-kapal perdagangan, bahkan konon kapal yang ditumpangi Maulana Malik Ibrahim (wafat,1419) Walisongo tertua bersandar di Desa Manyar tepatnya di komplek makam islam manyar yang terletak di selatan jalan raya (Dendles).
Desa Manyar pada mulanya terletak di sebelah selatan jalan raya, tempat tinggal pemuka desa juga terletak di selatan jalan raya hal ini dapat kita lihat sisa peninggalan berupa telaga (tempat mandi bersama), ada 2 telaga, satu untuk pria dan satunya lagi untuk wanita.Dalam perkembangan berikutnya, sesuai dengan mata pencaharian masyarakat manyar sebagai nelayan dan petani tambak, maka mereka memilih tempat yang lebih dekat dengan tempat pencahariannya, yaitu semakin ke utara pada akhirnya wilayah selatan jalan raya ditinggalkan dan pusat keramaian (kota) terletak di utara jalan raya.
Dari situ dapat ditemukan asal usul nama desa manyar berasal dari kata leMAh aNYAR (MANYAR) yang berarti tanah baru atau desa baru karena asalnya berupa laut, ada pendapat lain yang mengatakan dinamakam manyar karena tepi laut itu tempat yang dihuni burung manyar.
Tentang siapa yang pertama memulai tinggal (bubak deso,jawa) di manyar ada beberapa pendapat :
Pertama, Ki Sindujoyo seorang tokoh legendaris Gresik yang dimakamkan di Karangpoh Karangturi Gresik atau dikenal dengan Buyut Kroman, masyarakat Manyar merasa sebagai keturunan Mbah Sindujoyo, sebelum tahun 1966 masyarakat menyelenggarakan sedekah bumi dengan maksud menyelenggarakan Haul Mbah Sindujoyo setiap tahunnya, namun karena acara sedekah bumi tersebut melenceng dari ajaran islam yaitu menjadi pesta wayang kulit dan minuman keras, maka oleh para pemuka agama yang dipimpin oleh oleh Kyai Sahlan berhasil menghentikan sedekah (wayang) bumi tersebut sebagai gantinya diselenggarakan Haul manaqib Syekh Abdul Qodir al-Jailani.
Tentang keterikatan masyarakat manyar dengan Mbah Sindujoyo dapat Kita temukan pada tradisi masyarakat berupa selametan Sindujoyo-an sebelum dilaksanakan akad nikah, yang dilakukan oleh keluarga mempelai pria dan wanita dengan sajian makan yang khusus yang jarang ditemukan pada upacara selametan lainnya, selain itu setiap pengantin baru diperintahkan menziarahi makam mbah Sindujoyo (Buyut Kroman) di Gresik.
Kedua, Buyut Gegeduk yang makamnya terletak diantara Desa Suci dan Pongangan, tentang beliau tidak banyak yang diutarakan disini hanya sanya menurut cerita sebagian masyarakat manyar dan masyarakat Suci serta Pongangan banyak menjumpai para sesepuh Manyar yang sering ziarah (tirakatan) di makam tersebut.
Ketiga, Onggo Kusumo, menurut cerita tutur beliau santri Giri namun tidak jelas siapa tokoh giri siapa yang menjadi guru beliau? Apakah Kanjeng Sunan Giri (Raden Paku) atau tokoh lain yang meneruskan dakwah beliau?
Kepemimpinan Onggo Kusumo diteruskan oleh putra menantunya,bernama Onggo Joyo, beliau berasal dari Surabaya tepatnya dari kampung Gunung Segoro anyar menjadi santri giri kemudian meneruskan kepemimpinannya, beliau merupakan tokoh yang kharismatik sehingga berhasil menata perkampungan Manyar lurus dan rapi, masjid terletak di tengah desa dan disamping terdapat pasar desa. Hal ini dapat dilihat pada penghargaan masyarakat berupa makam beliau terletak bersebelahan dengan makam mertuanya, makam beliau diberi cungkup sementara makam mertuanya tidak diberi.
Menurut hemat penulis tentang peletak dasar desa Manyar cenderung lebih memperkuat bahwa Cikal bakal desa Manyar adalah Mbah Sindujoyo. Hal ini didasarkan atas adanya selametan Sindujoyo-an dan ziarah pengantin baru ke makamnya, sementara terhadap kedua tokoh lainnya tidak diperintahkan.
Jika benar Mbah Sindujoyo maka dapat disimpulkan sementara bahwa desa Manyar berdiri pada abad 17-an, karena beliau murid dari Sunan Prapen cucu Sunan Giri Ainul yaqin (wafat,1506.M).
Demikian sekilas tentang asal usul desaku Manyar.
Manyar adalah nama desa tempat kelahiran saya yang berada di Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik, berada kurang lebih 7 Km sebelah barat Kota Gresik dan terletak pada 7°7'16"S 112°36'10"E, saat ini Manyar merupakan wilayah industri yang cukup pesat di Gresik. Manyar atau Manyar Kompleks demikian masyarakat menyebutnya, terdiri dari tiga desa, yaitu Desa Manyarejo, Sidomukti dan Sidorukun.
Desa Manyar luasnya kurang lebih 5 Km2 sebelah utara berbatasan dengan desa Mengare, sebelah barat berbatasan dengan desa Karangrejo dan Banyuwangi, sebelah selatan berbatasan dengan desa Leran dan Peganden sedangkan sebelah timur berbatasan dengan desa Sukomulyo, Roomo dan Selat Madura.
Sebelum Kita bicarakan asal usul desa manyar ada baiknya kita ketahui bahwa sejak zaman Kerajaan Kediri (Daha) sampai akhir Kerajaan Majapahit, desa Leran merupakan pelabuhan pantai utara laut Jawa sekaligus pusat perdagangan. Pada saat itu Desa Manyar belum ada masih berupa laut, tempat bersandar kapal-kapal perdagangan, bahkan konon kapal yang ditumpangi Maulana Malik Ibrahim (wafat,1419) Walisongo tertua bersandar di Desa Manyar tepatnya di komplek makam islam manyar yang terletak di selatan jalan raya (Dendles).
Desa Manyar pada mulanya terletak di sebelah selatan jalan raya, tempat tinggal pemuka desa juga terletak di selatan jalan raya hal ini dapat kita lihat sisa peninggalan berupa telaga (tempat mandi bersama), ada 2 telaga, satu untuk pria dan satunya lagi untuk wanita.Dalam perkembangan berikutnya, sesuai dengan mata pencaharian masyarakat manyar sebagai nelayan dan petani tambak, maka mereka memilih tempat yang lebih dekat dengan tempat pencahariannya, yaitu semakin ke utara pada akhirnya wilayah selatan jalan raya ditinggalkan dan pusat keramaian (kota) terletak di utara jalan raya.
Dari situ dapat ditemukan asal usul nama desa manyar berasal dari kata leMAh aNYAR (MANYAR) yang berarti tanah baru atau desa baru karena asalnya berupa laut, ada pendapat lain yang mengatakan dinamakam manyar karena tepi laut itu tempat yang dihuni burung manyar.
Tentang siapa yang pertama memulai tinggal (bubak deso,jawa) di manyar ada beberapa pendapat :
Pertama, Ki Sindujoyo seorang tokoh legendaris Gresik yang dimakamkan di Karangpoh Karangturi Gresik atau dikenal dengan Buyut Kroman, masyarakat Manyar merasa sebagai keturunan Mbah Sindujoyo, sebelum tahun 1966 masyarakat menyelenggarakan sedekah bumi dengan maksud menyelenggarakan Haul Mbah Sindujoyo setiap tahunnya, namun karena acara sedekah bumi tersebut melenceng dari ajaran islam yaitu menjadi pesta wayang kulit dan minuman keras, maka oleh para pemuka agama yang dipimpin oleh oleh Kyai Sahlan berhasil menghentikan sedekah (wayang) bumi tersebut sebagai gantinya diselenggarakan Haul manaqib Syekh Abdul Qodir al-Jailani.
Tentang keterikatan masyarakat manyar dengan Mbah Sindujoyo dapat Kita temukan pada tradisi masyarakat berupa selametan Sindujoyo-an sebelum dilaksanakan akad nikah, yang dilakukan oleh keluarga mempelai pria dan wanita dengan sajian makan yang khusus yang jarang ditemukan pada upacara selametan lainnya, selain itu setiap pengantin baru diperintahkan menziarahi makam mbah Sindujoyo (Buyut Kroman) di Gresik.
Kedua, Buyut Gegeduk yang makamnya terletak diantara Desa Suci dan Pongangan, tentang beliau tidak banyak yang diutarakan disini hanya sanya menurut cerita sebagian masyarakat manyar dan masyarakat Suci serta Pongangan banyak menjumpai para sesepuh Manyar yang sering ziarah (tirakatan) di makam tersebut.
Ketiga, Onggo Kusumo, menurut cerita tutur beliau santri Giri namun tidak jelas siapa tokoh giri siapa yang menjadi guru beliau? Apakah Kanjeng Sunan Giri (Raden Paku) atau tokoh lain yang meneruskan dakwah beliau?
Kepemimpinan Onggo Kusumo diteruskan oleh putra menantunya,bernama Onggo Joyo, beliau berasal dari Surabaya tepatnya dari kampung Gunung Segoro anyar menjadi santri giri kemudian meneruskan kepemimpinannya, beliau merupakan tokoh yang kharismatik sehingga berhasil menata perkampungan Manyar lurus dan rapi, masjid terletak di tengah desa dan disamping terdapat pasar desa. Hal ini dapat dilihat pada penghargaan masyarakat berupa makam beliau terletak bersebelahan dengan makam mertuanya, makam beliau diberi cungkup sementara makam mertuanya tidak diberi.
Menurut hemat penulis tentang peletak dasar desa Manyar cenderung lebih memperkuat bahwa Cikal bakal desa Manyar adalah Mbah Sindujoyo. Hal ini didasarkan atas adanya selametan Sindujoyo-an dan ziarah pengantin baru ke makamnya, sementara terhadap kedua tokoh lainnya tidak diperintahkan.
Jika benar Mbah Sindujoyo maka dapat disimpulkan sementara bahwa desa Manyar berdiri pada abad 17-an, karena beliau murid dari Sunan Prapen cucu Sunan Giri Ainul yaqin (wafat,1506.M).
Demikian sekilas tentang asal usul desaku Manyar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar