Cerita ini adalah sebuah sebuah hikayat yang perlu kita renungkan.
Pada suatu hari, seseorang didatangi oleh Malaikat Izrail yang bertugas mencabut nyawa.
Orang itu lalu bertanya :
“Apakah kedatanganmu ini sebagai kunjungan biasa atau untuk mencabut nyawaku?”
“Malaikat Izrail menjawab, “Kunjungan biasa.”
Orang itu berkata lagi :
“Demi persahabatan kita, jika dekat ajalku nanti kirimlah utusan untuk memberitahu aku.”
Malaikat Izrail menyetujui permintaan itu.
Tibalah saat Malaikat Izrail datang untuk mencabut nyawanya.
Orang itu kemudian berkata :
“Bukankah belum pernah ada utusanmu yang datang kepadaku untuk memberitahukan perkaraku ini?”
Malaikat Izrail menjawab :
“Sudah… sudah pernah datang, bahkan beberapa kali.
Bukankah tulang punggungmu bungkuk padahal sebelumnya lurus.
Rambutmu memutih yang sebelumnya hitam.
Suaramu bergemetar sesudah dahulunya lantang.
Bahkan akhir-akhir ini kamu lemah sesudah dahulunya kamu kuat perkasa.
Penglihatanmu kabur sesudah dahulunya terang.
Kamu dahulu penuh harapan, tetapi akhir-akhir ini sering putus asa.
Aku telah mengirim demikian banyak utusan kepadamu padahal kamu hanya meminta satu utusan.
Oleh karena itu janganlah kamu menyalahkan aku.”
Pada suatu hari, seseorang didatangi oleh Malaikat Izrail yang bertugas mencabut nyawa.
Orang itu lalu bertanya :
“Apakah kedatanganmu ini sebagai kunjungan biasa atau untuk mencabut nyawaku?”
“Malaikat Izrail menjawab, “Kunjungan biasa.”
Orang itu berkata lagi :
“Demi persahabatan kita, jika dekat ajalku nanti kirimlah utusan untuk memberitahu aku.”
Malaikat Izrail menyetujui permintaan itu.
Tibalah saat Malaikat Izrail datang untuk mencabut nyawanya.
Orang itu kemudian berkata :
“Bukankah belum pernah ada utusanmu yang datang kepadaku untuk memberitahukan perkaraku ini?”
Malaikat Izrail menjawab :
“Sudah… sudah pernah datang, bahkan beberapa kali.
Bukankah tulang punggungmu bungkuk padahal sebelumnya lurus.
Rambutmu memutih yang sebelumnya hitam.
Suaramu bergemetar sesudah dahulunya lantang.
Bahkan akhir-akhir ini kamu lemah sesudah dahulunya kamu kuat perkasa.
Penglihatanmu kabur sesudah dahulunya terang.
Kamu dahulu penuh harapan, tetapi akhir-akhir ini sering putus asa.
Aku telah mengirim demikian banyak utusan kepadamu padahal kamu hanya meminta satu utusan.
Oleh karena itu janganlah kamu menyalahkan aku.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar